aku tertegun dalam bayangan
memahami tiap jengkal burung terbang
tak mampu beranjak dalam takjub
butiran-butiran air menjawab
senyum terindah sejenak pecah berantakan
akankah kita belajar dari burung
atau sudahkah mati mata hati tuk berkata
setiap pagi dia pergi dengan kekosongan
dan sore hari ia kembali dalam kecukupan
bukankah semua tlah Dia cukupkan tuk makhlukNya
dan sekali pemahaman memuncak
pergerakan seolah-olah menjadi mesin otomatis dalam melaksanakan
aku manusia yang lebih indah dari burung
tiada kata terlambat sebelum ajal menjerat
saatnya hijrah menuju cahaya islam yang sempurna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar